Saturday, November 17, 2012

Membatik

Seorang ibu sedang membatik
Kata batik berasal dari kata bersuku tunggal”tik” berarti titik,membatik berarti membuat bertitik .titik ini disebut”cecek” adalah bagian penting dari batik.pada dasarnya membatik adalah melukis juga,untuk melukis dilakukan di atas kain kanvas dengan kuas dan cat minyak.untuk membatik dilakukan di atas kain mori dengan canting dan malam(sejenis lilin berwarna coklat).




BAHAN-BAHAN UNTUK MEMBUAT BATIK
Bahan untuk membuat batik yaitu:


(1)wajan kecil yang digunakan sebagai tempat untuk memanaskan malam (lilin) supaya cair; (2) anglo, untuk memanaskan malam dengan bara api dari arang; (3) tepas (kipas), untuk memperoleh angin agar bara api tetap menyala; (4) gawangan, untuk menempatkan mori yang akan dibatik; (5) bandhul, untuk menahan kain agar tidak bergerak-gerak ketika dilukis; (6) uthik, untuk mengais arang; (7) canting dengan berbagai macam ukuran sebagai alat untuk mencurahkan malam cair ke dalam mori yang digambari; (8) kenceng, untuk mendidihkan air ketika nglorot atau mbabar; (9) cawuk, untuk mengerok; dan (10) alu, untuk memukuli kain mori yang akan dibatik agar lemas dan memudahkan pembatik dalam proses pembuatannya. Bahan dasar untuk membuat batik tulis adalah kain mori. Selain itu, ada pula bahan-bahan yang digunakan sebagai pewarnanya yang dapat berupa zat kimia maupun pewarna alami seperti: kulit kayu tingi, soga, tegeran, dan lain sebagainya.


CARA MEMBUAT BATIK Bag 1
1. Membatik tulis .
Bahan dan alat untuk membatik tulis bahannya : kain mori,primissima,malam,naptol,alatnya : gambar pola batik,kaca,pensil,canting,wajan,dan kompor.


2. Prosedur pembuatan untuk batik tulis :
A. kain direbus duku untuk menghilangkan kanji’y.
B. kain digambar dgn pensil meniru pola dibawah’y,dilanjutkan“nglowongi”arti’y dibatik dgn canting dan dibuat pola bolak balik( istilah’y “nerusi”).
C. diberi isen” misal’y : cecek,carat,sawut dan, lainnya,jumlah isen” pada batik ada 65 jenis.
D. apabila menginginkan ada bagian berwarna putih ditutup dgn malam istilah’y ”tembokan”.
E. Pemberian warna dgn mencelupkan pada Bak yg diberi zat pewarna.
F. pengerokan untuk menghilangkan malam Bekas canting.
G. pewarnaan kedua dicelup dgn warna Sogan( cokelat ).
H.menghilangkan malam dgn direbus dgn Istilah “nglorod”.


CARA MEMBUAT BATIK Bag 2
1. Dikerjakan dengan menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar awal pada permukaan kain.
2. gambar/desain pada batik tulis tidak ada Bentuk pengulangan yang jelas, sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
3. Gambar batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata (tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
4. Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada goresan motif (batik tulis putihan/tembokan).
5. Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu dengan gambar lainnya.
6. Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau 3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
7. Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah berkisar Rp. 10.000,- hingga Rp. 20.000,-/pcs.
8. Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik.

Asal Usul batik di Giriloyo (Bantul,DIY) Indonesia.

Konon, desa yang sekarang dikenal sebagai Wukirsari adalah gabungan dari desa-desa kecil, yaitu Giriloyo, Pucung, Singosaren dan Kedungbuweng. Penduduknya masing-masing mempunyai aktivitas tersendiri, terutama Giriloyo, Pucung, dan Singosaren, sehingga desa-desa tersebut menjadi terkenal karena keahlian yang dimiliki oleh penduduknya. Dalam hal ini Giriloyo terkenal dengan batiknya, Pucung terkenal dengan kerajinan kulit dan anyaman bambunya, dan Singosaren terkenal dengan gentengnya.

Asal usul batik tulis Giriloyo konon berawal bersamaan dengan berdirinya makam raja-raja di Imogiri yang terletak di bukit Merak pada tahun 1654. Pada waktu itu, ketika Sultan Agung (cucu Panembahan Senopati) berniat membangun makam, beliau menemukan bukit yang tanahnya berbau harum dan dirasa cocok untuk dibuat makam. Namun, ketika pemakaman sedang dibangun, pamannya yang bernama Panembahan Juminah menyatakan keinginannya untuk turut dimakamkan di tempat itu. Ternyata yang meninggal duluan adalah pamannya. Oleh karena itu, yang pertama kali menempati makam tersebut adalah pamannya dan bukan Sultan Agung. Sultan Agung pun kecewa karena sebagai penguasa atau raja seharusnya yang pertama kali dimakamkan di situ adalah dirinya. Untuk menetralisir kekecewaan, Sultan Agung mengalihkan pembangunan calon makam untuk dirinya di bukit lain yang oleh penduduk setempat dinamakan “Bukit Merak” yang berada di Dusun Pajimatan wilayah Girirejo11.
Sejalan dengan berdirinya makam raja-raja di Imogiri ini maka perlu tenaga yang bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaganya.
Untuk itu, keraton menugaskan abdi dalem yang dikepalai oleh seorang yang berpangkat bupati. Oleh karena banyak abdi dalem yang bertugas memeliharanya, sehingga sering berhubungan dengan keraton, maka kepandaian membatik dengan motif batik halus keraton berkembang di
wilayah ini. Kemudian, keterampilan membatik itu diwariskan kepada anak atau cucu perempuannya.

Seiring dengan pesanan keraton yang semakin banyak, sementara jumlah perajian batik yang ada di Pajimatan terbatas (tidak memadai), mereka mendatangkan tenaga-tenaga dari Giriloyo. Dan, bagi penduduk Giriloyo itu merupakan suatu keberuntungan karena mereka bisa ngangsu kaweruh tentang batik di Pajimatan sebelum mereka berusaha sendiri. Apalagi, pengerjaannya dilakukan di rumah masing-masing. Artinya, kain yang akan dibatik dibawa pulang ke Giriloyo, kemudian (setelah jadi) disetorkan ke Pajimatan. Inilah yang kemudian membuat nama Giriloyo lebih mencuat ketimbang Pajimatan.

Satu hal yang perlu diacungi jempol adalah bahwa para perajin batik Giriloyo tetap mempertahankan batik-tulisnya. Mereka bukannya tidak mengenal batik-cap sebagaimana sentra-sentra lainnya di wilayah bantul, seperti Desa Wijireja, Murtigading2, tetapi mereka tidak tergoda; mereka tetap mempertahankan tradisi leluhurnya, yaitu memproduksi batik-tulis dan bukannya batik-cap. Adapun jenis-jenis batik yang diproduksi antara lain: jarit, sarung, dan kemben (selendang).

1 comment:

  1. dari sekian banyak ragam batik, motif dan macam harga yang begitu variatif, a perbedaan tentu pastinya ada perbedaan dalam proses pembuatan

    ReplyDelete